Profesi dukun beranak masih punya tempat istimewa di banyak masyarakat Indonesia terutama di pedesaan. Meski sudah ada bidan, penduduk desa lebih suka melahirkan ke dukun beranak. Apa alasannya?
Dukun adalah seorang perempuan yang diakui oleh masyarakat dalam mendampingi ibu hamil, pertolongan persalinan serta perawatan bayi baru lahir secara spiritual.
Umumnya masih banyak masyarakat yang mempercayakan dukun untuk membantu proses persalinannya. Hal itu diakui Bidan Yulia yang bekerja di Poskesdes Mangka, Puskesmas Bakam, Sungailiat Bangka. Menurutnya dibutuhkan sosialisasi yang terus menerus agar bidan bisa diterima warga.
Bidan Yulia menuturkan ada beberapa faktor yang membuat masyarakat masih percaya dukun yaitu:
1. Mitos kepercayaan pada dukun masih kuat, masyarakat beranggapan kalau bidan itu selesai pendidikan,ia masih muda dan belum ada pengalamannya.
2. Mitos yang ada dimasyarakat adalah kalau dibantu oleh bidan pasti dijahit, sementara masyarakat takut dengan jahitan.
3. Turunan dalam keluarga yang menggunakan dukun untuk membantu melahirkan.
4. Masalah biaya, umumnya dukun tidak menarik pungutan jadi secara sukarela saja, sedangkan bidan ada tarifnya.
5. Dukun juga biasanya memberikan ramuan-ramuan yang dipercaya bisa mempermudah persalinan dan diurut yang sangat dipercaya masyarakat.
"Rata-rata 1 desa minimal ada 1 dukun, tapi kadang ada yang 2 atau 3 dukun," ujar Bidan Yulia disela-sela acara pertemuan dengan nakes teladan di Hotel Santika, Bangka, Senin (19/9/2011).
Karenanya diperlukan sosialisasi secara terus menerus bahwa ada subsidi yang bisa diberikan jika ibu hamil mau melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan.
Untuk meningkatkan jumlah ibu yang melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan, Bidan Yulia pun mulai melakukan pendekatan dengan para dukun pada tahun 2008. Saat itu ia meminta para dukun untuk mengikutsertakan dirinya jika ada ibu yang melahirkan.
"Saya bilang dengan dukun 'tolong ya ajak saya kalau ada pasien melahirkan' meskipun saat itu saya hanya sebagai cadangan saja," ujar bidan yang lahir di Tempilang, Bangka Barat 3 Desember 1979.
Setelah berhasil mendekati dukun, maka tahun 2009 terbentuk kemitraan antara bidan dan dukun melalui pernyataan di atas materai, termasuk pembagian pembayaran seperti bidan tidak mengurangi pendapatan dukun.
Selain itu ada pula kelas ibu yang berisi penyuluhan mengenai segala hal tentang kehamilan, dan berusaha pula melibatkan para suami. Sehingga saat ini kesadaran masyarakat semakin tinggi dan tidak perlu lagi susah payah merujuk pasien, karena mereka dengan sendirinya sudah datang ke poskosdes.
"Alhamdulilah di desa saya saat ini sudah tidak ada ibu yang meninggal saat melahirkan, sedangkan kematian bayi terakhir terjadi pada tahun 2009," ungkap Yulia yang hampir 12 tahun menjadi bidan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar