Senin, 29 Agustus 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Word Healt Organitation (WHO), Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 585.000 orang. Kejadian kematian ibu sebagian besar terdapat di Negara Berkembang, ditingkat ASEAN Indonesia merupakan Negara dengan angka kematian ibu tertinggi. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2003, menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, lebih tinggi dari Vietnam dengan angka kematian ibu 95/100.000 kelahiran hidup, Malasyia30/100.000 kelahiran hidup, singapura 9/100.000 kelahiran hidup (http://www.suarapembaharuan.com, di akses tanggal 3 juli 2011).

Pada tahun 2005 World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah kehamilan, persalinan dan nifas. Kejadian ini dapat berakibat 25% kematian ibu terjadi di Negara-Negara berkembang. Seperti di Vietnam Anagka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 95/100.000 kelahiran hidup, Malasya sebesar 39 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup. Factor penyebab adalah perdarahan 40-50%, preeklamsia dan eklamsia 20-30%, infeksi jalan lahir20-30% (http://www.batampost.co.id.online diakses 18 juli 2011).

Menurut Direktur Bina Kesehatan Masyarakat Depertemen Kesehatan angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2005 yaitu 291/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2006 angka kematia ibu turun menjadi 209/100.000 kelahiran hidup (http://www.gatra.com.online , di akses pada 18 juli 2011)

Data yang diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2010, jumlah angka kematian ibu (AKI) berjumlah 92 orang dengan penyebab langsung kematian adalah perdarahan (39,1 %), infeksi (5,4 %), eklamsia (17,4 %), partus lama (4,3 %). (Profil Dinkes Provinsi NTB 2010).

Menurut data yang diperoleh dari bagian pencatatan dan pelaporan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Dompu periode Januari s.d Desember 2010 kejadian preeklamsia mencapai 106 orang dari 1.079 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya. Kejadian tersebut menunjukan bahwa pre-eklamsia merupakan masalah yang memerlukan perhatian yang serius untuk menjadi perioritas di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Nusa Tenggara Barat.

Preeklamsia masih sering terdengar di masyarakat, namun masih banyak ibu hamil yang tidak mengetahui tentang bahaya Preeklamsia-Eklamsia. Sedangkan jumlah kematian ibu hamil akibat Preeklamsia-Eklamsia masih dijumpai.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai gambaran kejadian preeklamsia pada ibu hamil yang dibatasi pada factor umur ibu dan gravida.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kejadian preeklamsia menurut umur ibu?

2. Bagaimana gambaran kejadian preeklamsia menurut gravida ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk memperoleh informasi mengenai gambaran kejadian preeklamsia pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Nusa Tenggara Barat periode januari s.d desember 2010.

2. Tujuan khusus

a. Diperolehnya informasi mengenai gambaran kejadian preeklamsia menurut umur ibu.
b. Diperolehnya informasi mengenai gambaran kejadian preeklamsia menurut gravida ibu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Program

Sebagai masukan bagi instansi yang berwenang untuk menjadi dasar pertimbangan dalam mengambil kebijakan khususnya bagi Dinas Kesehatan dalam penyusunan program yang berkaitan dengan masalah preeklamsia-eklamsia.

2. Manfaat Ilmiah

Untuk menambah wawasan dan khasanah berfikir serta sebagai sumber dan bahan bacaan yang diharapkan.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga dalam upaya memperluas wawasan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.

4. Manfaat Institusi

Sebagai bahan acuan diharapkan dapat dimanfaatkan terutama dalam pengembangan konsep tenteng masalah preeklamsia-eklamsia di institusi D III Kebidanan Universitas Indonesia Timur Makassar.

Minggu, 28 Agustus 2011

A. Tinjauan Tentang Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

a. Kehamilan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim yang di mulai dari konsepsi sampai lahirnya bayi. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.


Kehamilan menurut bulan dibagi menjadi 3 trimester


(saifuddin A.B,2006, hal.89) yaitu :


1) Trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan


2) Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan


3) Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan


b. Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari ovulasi sampai persalinan aterm sekitar 280 hari.


2. Diagnosis kehamilan (Cunningham, dkk, 2002)


a. Tanda dugaan hamil


1) Amenorhoe (tidak dapat haid)


Untuk menentukan usia kehamilan dan menentukan perkiraan persalinan, dapat dihitung dengan menggunakan rumus neagle.


2) Mual dan muntah (nausea dan vomiting)


Bisa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.


3) Ngidam


4) Tidak tahan terhadap suatu bau-bauan


5) Pingsan


6) Tidak ada selera makan (anorexia)


7) Lelah (fotique)


8) Payudara membesar, tegang dan sedikit terasa nyeri disebabkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang merangsang duktulus dan alveoli payuda.


9) Sering buang air kecil (BAK), karena kandung kemih tertekan olek rahim yang membesar, dan akan hilang pada triwulan kedua. Pada akhir kehamilan gejala ini akan kembali oleh karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin.


10) Konstipasi / obstipasi


Pengaruh dari progesteron dapat menghambat peristaltik usus yang mengakibatkan usus kesulitan untuk buang air besar.


11) Pigmentasi kulit


Pengaruh hormon kortikosteroid plasenta dijumpai pada muka, areola payudara, leher dan dinding perut.


b. Tanda- tanda kemungkinan hamil


1) Perut dan uterus membesar sehingga terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi dalam rahim.


2) Tanda piscasek (bentuk rahim yang tidak sama)


3) Tanda hegar.


Serviks menjadi lembek dari keadaan keras seperti cuping hidung pada wanita tidak hamil menjadi lembut (softening) seperti bibr pada wanita yang sedang hamil.


4) Tanda Chadwick


Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah agak kebiru-biruan.


5) Tanda goodel


Itsmus uteri menjadi lebih lembut (softening) dan lebih padat (compressibility).


6) Braxton hicks


Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang.


7) Teraba ballottement


8) Reaksi kehamilan positif.


c. Tanda-tanda pasti hamil


1) Gerakan janin dapat diraba dan baian-bagian janin


2) Denyut jantung janin


3) Didengar dengan stethoscope-monoral leneck


4) Dilihat pada ultrasonografi


5) Terlihat tulang-tulang janin pada foto-rontgen


3. Perubahan fisiologis yang terjadi dalam kehamilan


a. Uterus


Pada bulan-bulan pertamauterus akan membesar dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uteri.


Tafsiran pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :


1) Pada kehamilan 8 minggu, fundus uteri teraba sebesar telur bebek.


2) Pada kehamilan 12 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas simfisis.


3) Pada kehamilan 16 minggu, fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis dengan pusat.


4) Pada kehamiln 20 minggu, fundus uteri kira-kira 2-3 jari di bawah pusat.


5) Pada kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.


6) Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.


7) Pada kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak pada pertengahan pusat dan prosessus xifoideus.


8) Pada kehamilan 36 minggu, fundus uteri 3 jari di bawah prosessus xifoideus.


9) Pada kehamilan 40 minggu sama denagn kehamilan 8 bulan tetapi melebar ke samping. (Mochtar, R. 1998. Hal 52).


b. Serviks uteri


Serviks mengalami perubahan karena hormon estrogon. Serviks menjadi lebih lembek dari keadaan keras seperti cuping hidung pada wanita tidak hamil menjadi lembut softening) seperti bibir pada wanita yang sedang hamil, tanda ini di sebut tanda hegar.


c. Vagina dan vulva


Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vulva dan vagina akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat warna merah atau kebiruan (Mochtar R, 1998, hal.36)..


d. Indung telur (ovarium)


Sejak kehamilan 16 minggu, fungsinya di ambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang dan istirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.


e. Payudara


Payudara mengalami perubahan-perubahan sebagai persiapan untuk pemberian ASI pada masa laktasi. Payudara akan tampak menjadi besar, areola menjadi lebih hitam dan putting akan lebih menonjol. Perubahan ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen, progesteron dan hormon somatomammotropin.


Estrogen menimbulkan hipertropi system saluran payudara, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus sedangkan somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, dan laktoglobulin. Dengan demikian, mamma dipersiapkan untuk laktasi (Wiknjosastro H,2006, hal.95)


f. Sistem sirkulasi darah


1) Volume darah


Volume darah akan naik pesat pada akhir trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira sebanyak 25% dan puncaknya pada kehamilan 32 minggu, di ikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30% (Wiknjosastro H, 2006, Hal. 96)


2) Protein darah


Protein dalam serum berubah. Jumlah protein, albumin dan gamaglobulin menurun dalam triwulan pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir kehamilan. Beta-globulin dan fibrinogen terus meningkat (Mochtar R, 1998, hal. 37)


3) Hemoglobin


Hemoglobin cenderung menurun oleh karena kenaikan relativ volume plasma darah. Jumlah eritrosit cenderung meningkat untuk kebutuhan transport yang sangat diperlukan selama kehamilan. Leukosit meningkat sampai 10.000/cc, begitu pula dengan produksi trombosit (Mochtar R, 1998, hal.37).


4) Nadi dan tekanan darah


Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester II dan kemudian akan naik lagi seperti pada keadaan pra hamil. Tekanan vena dalam batas normal pada ektremitas atas dan bawah, cenderung naik setelah akhir trimester pertama. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 kali permenit (Mochtar R, 1998, hal.38).


5) Jantung


Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3 bulan dan menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan (Mochtar R, 1998, hal.37).


g. Sistem pernapasan


Wanita hamil kadang-kadang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran rahim. (Mochtar R, 1998, hal.38).


h. Sistem pencernaan


Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan tidak enak (mual), akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus-tonus traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada dalam lambung dan apa yang telah dicerakan lebih lama berada dalam usus-usus. Gejala muntah (emesis) biasanya terjadi pada pagi hari yang biasa dikenal dengan morning sickness (Mochtar R, 1998, hal.97).


i. Tulang dan gigi


Persendian panggul akan terasa lebih longgar karena ligament-ligamen melunak (softening). Juga sedikit terjadi pelebaran pada ruang persendian. Apabila pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin, maka kalsium maternal pada tulang panjang akan diambil untuk memenuhi kebutuhan janin (Mochtar R, 1998, hal.38).


j. Kulit


Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh hormon MSH yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat pigmen pada dahi, pipi, hidung dikenal sebagai kloasma gravidarum (Mochtar R, 1998, hal.97).

k. Perubahan metabolisme


Kehamilan mempunyai efek pada metabolism, oleh karena itu wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dan dalam kondisi yang sehat..


1) Metabolisme basal naik sebesar 15% sampa 20% dari semula. Terutama pada trimester ketiga.


2) Keseimbangan asam basa mengslsmi penurunan dari 155 mEq perliter menjadi 145 mEq perliterdisebabkan hemodulusi darah dan kebutuhan mineralyang diperlukan janin.


3) Kebutuhan protein wanita hamil maki meninggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan dan juga untuk persiapan laktasi.


4) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.


5) Kebutuhan zal mineral untuk ibu hamil:


a) Kalsium: 1,5gr/hari, 30-40 gr untuk pembentukan tuang janin.


b) Fasfor, rata-rata 2 gr sehari


c) Zat besi, 800-mg atau 30-40 mg sehari.


d) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak.


6) Berat badan ibu hamil naik kira-kira 6,5-16,5 kg selama hamil (½ kg per minggu. Pertumbuhan berat badan ini dapat dirinci sebagai berikut : janin 3-3,5 kg, plasenta 0,5 kg, air ketuban 1 kg, rahim 1 kg, timbunan lemak 1,5 kg, protein 2 kg, dan retensi air-garam 1.5 kg (Manuaba I.B.G, 1998, hal.110-111).

Sabtu, 27 Agustus 2011

B. Tinjauan umum tentang pre-eklamsia

1. Pengertian pre-eklampsia menurut berbagai sumber

a. Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda–tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. (Sarwono, 2007, Hal.282).

b. Pre-eklampsia adalah kondisi khusus dalam kehailan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria. (Vicky, 2004, Hal. 160)

c. Pre-eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis. (Mitayani, 2009, Hal. 14)

d. Pre-eklampsia adalah kumpulan gejala-gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi,protein urine, dan oedema (Mochtar, 1998, Hal. 199).

Diagnosis pre-eklamsia didasarkan atas adanya 3 tanda utama yaitu hipertensi, protein urine, dan oedema.

2. Etiologi

        Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabah penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dewasa ini banyak dikemukan sebagai sebab preeklamsia ialah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklamsia. Di antara faktor-faktor yang ditemukan seringkali sukar ditentukan mana mana yang sebab dan mana yang akibat. (sarwono, 2007, Hal. 282).

Adapun beberapa faktor predisposesi:
a. Primigravida dengan umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Status sosial ekonomi yang rendah.
c. Nutrisi yang jelek.
d. Penyakit yang menyertai kehamilan seperti: diabetes mellitus, obesitas, hipertensi.
e. Paritas tinggi lebih dari 3 yang merupakan kehamilan yang beresiko.
f. Kehamilan ganda dan molahidatidosa. (Manuaba I.B.G, 1998, hal. 241).

3. Patofisiologi

Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikin sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mangalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.

 Sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehinga terjadi perubahan pada glomerulus. (Mochtar R, 1998, Hal. 199).

4. Perubahan Yang Terjadi Pada Organ, yaitu:
a. Otak
Pada pre-eklamsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklamsi, resistensi pembuluh darah meninggi , ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Oedema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan-keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
b. Plasenta dan rahim
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga tejadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gangguan gawat janin. Pada pre-eklamsi dan eklamsi sering terajdi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya tehadap rangsang, sehingga terjadi partus prematur.
c. Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria
d. Paru-paru
Kematian ibu pada pre-eklamsi dan eklamsi biasanya disebabkan oleh oedema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau abses paru.
e. Mata
Dapat dijumpai adanya oedema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre-eklamsia berat.. Pada pre-eklamsia berat dapat terjadi ablasio retina yang disebakan edema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan.

f. Keseimbangan air dan elektrolit

Pada pre-eklamsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi tidak terjadi keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat, dan pH darah berada pada batas normal. Pada pre-eklamsia berat dan eklamsi kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan turun, (wiknjosastro.H 2002, hal 283-287)
g. Jantung

Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklamsia, jantung biasanya mengalami degeneratif pada miokardium. Sering ditemukan degenerasi lemak dan cloudy swelling serta nekrosis dan perdarahan.

h. Hati

Alat ini biasanya normal, pada permukaan dan pembelahan pada tempat-tempat pembelahan yang tidak teratur. Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada tepi lobulus disertai thrombosis pada pembuluh.
i. Kelenjar adrenal

Kelenjar adrenal dapat menunjukkan kelainan berupa perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat. (Mochtar R, 1998, hal.200).

5. Gambaran klinik Pre-eklamsia (Wiknjosastro, 2006. Hal 287)

Biasanya tanda-tanda preeklamsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pere-eklamsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Pada pre-eklamsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual dan muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre-eklamsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul. Tekanan darahpun meningkat lebih tinggi, edema menjadi lebih umum, dan proteinuria bertamah banyak.
6. Pencegahan Pre-eklamsia
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin (pre-eklamsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
b. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklamsia kalau ada faktor-faktor predisposisi.
c. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan (Mochtar R,1998, hal. 202).
7. Penanganan Pre-eklamsia
Penanganan Pre-eklamsia Ringan
a. Penanganan rawat jalan pasien pre-eklamsia ringan:
1) Banyak istirahat (berbaring/tidur miring).
2) Diet: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
3) Sedativa ringan: tablet Phenobarbital 3 x 30 mg, atau diazepam 3 x 2 mg per oral selama 7 hari .
4) Roborantia.
5) Kunjungan ulang setiap satu minggu.
6) Pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap, asam urat, darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
b. Penanganan rawat tinggal pasien pre-eklamsia ringan berdasarkan kriteria.
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala pre-eklamsia seperti: kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut ( 2 minggu).
2) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre-eklamsia berat.
Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka pre-eklamsia ringan dianggap pre-eklamsia berat.
Perawatan Obsetri Pasien Pre-Eklamsia Ringan

a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)

1) Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, presalinan ditunggu sampai aterm.
2) Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
b. Kehamilan aterm (30 minggu atau lebih)
Persalinan ditunggu sampai terjadi usia persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
Penanganan Pre-Eklamsi Berat
a. Pemberian sedative yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang.
b. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat di atasi, dapat difikirkan cara terbaik untuk menghentikan kehamilan guna mencegah bahaya eklamsia.
c. Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan:

1) Larutan Sulfat Magnesium 40% sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikan intramuskuler bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan, dan dapat di ulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan.
      2) Klorpromazin 50 mg Intrsmuskulus.
                               3) Diazepam 20 mg intramuskulus.
8. Komplikasi pre-eklamsia (Wiknjosastro, 2006. Hal 296-297)
a. Solusio plasenta
Komplikasi ini biasa terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklamsia.
b. Hemolisis
Penderita dengan pre-eklamsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau darah merah. Nekrosis periportal hati yang ditemukan pada outopsi penderita eklamsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
c. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklamsia.
d. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya epopleksia serebri.
e. Edema paru-paru
Zuspan (1978), menemukan hanya satu penderita dengan 69 kasus eklamsia disebabkan karena payah jantung.
f. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada pre-eklamsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini di duga khas untuk eklamsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glumerulus, yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul adalah anuria sampai gagal ginjal.
h. Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa lidah tergigit dan fraktus karena jatuh akibat kejang pneumonia aspirasi.
i. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uterin.

Jumat, 26 Agustus 2011

C. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti

1. Umur
Pada dasarnya umur seseorang menunjukan tentang lamanya ia hidup. Pre-eklamsia sering ditemukan pada ibu hamil yang dalam usia muda dan tua. Disebutkan bahwa < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko terjadinya pre-eklamsia. Apa yang menyebabkan sampai kini belum diketahui, dan belum ada teori yang menjelaskan (Manuaba I.G.B, 1998, hal 128).

2. Gravida

Gravida adalah wanita yang sedang hamil tanpa memandang hasil akhir kehamilan. Gravida menggambarkan kehamilan wanita tersebut tanpa mempersoalkan apakah anaknya lahir hidup atau meninggal. Dan untuk itu kehamilan pertama disebut primigravida dan kehamilan berikutnya disebut multigravida. Pada kehamilan frekuensi terjadinya pre-eklamsia lebih tinggi dibanding dengan multigravida karena pada kehamilan pertama pembentukan blocking anti body terhadap antigen plasenta belum sempurna sehingga respon immune yang tidak menguntungkan terhadap histoin kompabilita plasenta. (Sarwono, 2002)

Kamis, 25 Agustus 2011

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti


Pre-eklamsia adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, serta edema yang timbul pada usia kelahiran 20 minggu atau lebih, dalam persalinan dan bisa pula dalam masa nifas. Dengan makin tuanya umur kehamilan makin besar pula kemungkinan timbulnya penyakit tersebut. Sedangkan pada molahidatidosa penyakit ini menyerang sebelum umur kehamilan 20 minggu.


Dalam rangka menurunkan angka kematian maternal dan perinatal akibat pre-eklamsia deteksi dini dan penangan yang adekuat terhadap kasus preeklamsia ringan harus senantiasa diupayakan. Hal tersebut hanya dapat dilakukan dengan mempertajam kemampuan diagnosa para penyelenggara pelayanan bumil dari tingkat terendah sampai teratas, dan melakukan pemeriksaan bumil secara teratur. Mengingat komplikasi terhadap iu dan bayi pada kasus-kasus preeklamsia, maka sudah selayaknyalah semua kasus-kasus tersebut dirujuk kepusat pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas penanganan kegawatdaruratan ibu dan neonatal.


Preeklamsia merupakan salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Dan ini akan terus meningkat apabila usaha untuk mencegah tidak dilakukan secara berkualitas dan professional pada saat pemeriksaan ibu hamil (ANC) secara teratur sehingga kemungkinan untuk mendeteksi segala hal yang membahayakan bagi ibu hamil lebih cepat. Terjadi atau tidaknya preeklamsia dan eklamsia, dipengaruhi beberapa faktor termasuk umur ibu dan gravid. Dari masing-masing faktor tersebut dirumuskan secara sistematis sebagai berikut:


1. Pada dasarnya umur seseorang merupakan tentang lamanya ia hidup, menurut Manuaba, aspek umur ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya pre-eklampsia. Beberapa literatur yang digunakan disebutkan umur kehamilan kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan faktor resiko terjadinya pre-eklampsia. Dengan demikian terjadi atau tidaknya pre-eklampsia diperankan oleh umur ibu.


2. Gravida adalah wanita yang sedang hamil tanpa memandang hasil akhir kehamilan. Gravida menggambarkan kehamilan wanita tersebut tanpa mempersoalkan apakah anaknya lahir hidup atau meninggal. Dan untuk itu kehamilan pertama disebut primigravida dan kehamilan berikutnya disebut multigravida. Pada kehamilan frekuensi terjadinya pre-eklamsia lebih tinggi dibanding dengan multigravida karena pada kehamilan pertama pembentukan blocking anti body terhadap antigen plasenta belum sempurna sehingga respon immune yang tidak menguntungkan terhadap histoin kompabilita plasenta.


B. Bagan Kerangka Konsep



C. Defenisi Operational Variabel Dan Kriteria Objektif.

1. Preeklamsia

a. Definisi operasional

preeklamsia adalah penyakit dengan tanda–tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.

b. Kriteria Objektif


1) Preeklamsia ringan :bila ditemukan gejala seperti hipertensi (140/90 mmHg), protein lebih dari 0,3 g/l dalam urine, serta oedema pada tangan dan mata.

2) Preeklamsia berat :bila ditemukan gejala seperti hipertensi (160/110 mmHg), proteinuria 5 gram dalam 24 jam, oliguri 400 cc dalam 24 jam, gangguan penglihatan, oedema paru-paru.

2. Umur ibu

a. Definisi operasional

Umur ibu adalah Lamanya hidup ibu mulai dari lahir sampai ketika terdiagnosa pre-eklampsia yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir seperti yang tercantum dalam status pasien.

b. kriteria objektif:

1) Risiko tinggi : Bila umur ibu <20 tahun dan >35 tahun.
2) Risiko rendah : Bila umur ibu 20-35 tahun.

3. Gravida

a. Definisi operasional

Gravida dalah wanita yang sedang hamil tanpa memandang hasil akhir kehamilan.

b. kriteria objektif:

1) Risiko tinggi : Bila ibu dalam kehamilan 1 dan atau >3

2) Risiko rendah : Bila kehamilan yang 2-3

Rabu, 24 Agustus 2011

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan kondisi yang ada. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari studi dokumentasi Rumah Sakit Umum Daerah Dompu selama periode januari s.d desember 2010.


B. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini di laksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Nusa Tenggara Barat pada tanggal 06 s.d 11 Mei 2011.


C. Populasi dan Sampel


1. Populasi


Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil yang dilayani dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Nusa Tenggara Barat, dalam masa penelitian ini dengan jumlah seluruh ibu 1.079 orang pada periode januari s.d desember 2010.


2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami preeklamsia yang tercatat dalam kohort ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Nusa Tenggara Barat, sebanyak 106 orang pada periode januari s.d desember 2010


3. Metode Penarikan Sampel



Metode penarikan sampel dilakukan secara porposive sampling yang berarti seluruh kejadian pre-eklamsia dari periode Januari s.d Desember 2010 diambil secara keseluruhan, yaitu sebanyak 106 orang.


D. Pengumpulan Data



Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kohor ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu selama masa periode Januari s.d Desember 2010 dengan menggunakan tehnik cek list.


E. Pengolahan Data dan Penyajian Data


Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah secara manual menggunakan kalkulator dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase disertai penjelasan-penjelasan berdasarkan tujuan penelitian.


F. Analisa


Data dianalisis secara frekuensi dan persentase (p), dengan rumus Jumlah pengamatan (f) dibagi Jumlah sampel (n) dikali 100 persen.

Selasa, 23 Agustus 2011

A. Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian terhadap 1.079 ibu hamil yang dilayani selama periode januari s.d desember 2010, ternyata ditemukan sebanyak 106 orang yang mengalami preeklamsia dengan gambaran kejadian preeklamsia ringan 64 orang, preeklamsia berat 42 orang berdasarkan diagnosis yang tertera dalam status pasien. Data tersebut kemudian diolah lebih lanjut sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya dan digambarkan sebagai berikut :

1. Karateristik Sampel

Tabel 1

Karateristik Kejadian Pre-Eklampsia Pada Ibu Hamil di Rumah Umum Daerah Dompu Periode Januari s.d Desember tahun 2010.

Kejadian preeklamsia
Frekuensi
Persentase
Ringan
Berat
64
42
70,37
39,63
Jumlah
106
100
Sumber : Data sekunder dari status pasien
         Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa dari 106 ibu hamil yang menderita pre-eklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Nusa Tenggara Barat selama periode januari s.d desember 2010, terdapat 64 orang (70,37%) yang menderita pre-eklampsia ringan. Sementara preeklamsia berat 42 orang (39,63%).


2. Umur Ibu


Tabel 2
Distribusi Kejadian Pre-eklampsia Menurut Umur Ibu Di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Periode Januari s.d Desember Tahun 2010.

Umur
pre-eklampsia
Frekuensi
Persentase
Risiko Tinggi (<20 dan >35 tahun )
29
27,36
Risiko Rendah (20 – 35 tahun )
77
72,64
Jumlah
106
100
Sumber :Data sekunder dari status pasien

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 106 kasus preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu periode januari s.d sember 2010 lebih banyak didapatkan pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 77 orang dengan presentase 72,64% sedangkan pada kelompok umur <20 dan >35 tahun sebanyak 29 orang atau 27,36%.

3. Gravida

Tabel 3
Distribusi Kejadian Pre-eklampsia Menurut gravida Di Rumah Umum Daerah Dompu Periode januari s.d desember Tahun 2010.


Gravida
Kejadian pre-eklampsia
Frekuensi
Persentase
Risiko Tinggi (1 dan >3)
74
69,81
Risiko Rendah (2-3)
32
30,19
Jumlah
106
100
           Sumber :Data sekunder dari status pasien
          Berdasarkan tabel 3 di atas tampak bahwa jumlah penderita preeklamsia paling banyak terdapat pada gravida 1 dan > 3, yaitu 74 orang (69,81%) sedangkan pada gravida 2-3 adalah 32 orang (30,19%).

Senin, 22 Agustus 2011

B. Pembahasan

Setelah dilakukan pengolahan dan pentajian data beserta hasilnya, berikut ini pembahasan hasil penelitian sesuai variabelyang diteliti.


1. Pre-eklamsia


Setelah dilakukan penelitian di dapat ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya berjumlah 1.079 orang, yang menderita Pre-eklamsia sebanyak 106 orang (9,82%) dan yang tidak menderita pre-eklamsia sebanyak 973 orang (90,18%).


Memperhatikan jumlah ibu yang yang mengalami pre-eklamsia, terlihat cukup berfariasi dalam berbagai aspek. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yang memusatkan pada dua faktor yang di anggap mempunyai keterkaitan dengan kejadian pre-eklamsia sekaligus menjadi variable independent dan seperti yang diungkapkan berikut ini.


2. Umur ibu

Setelah dilakukan penelitian terhadap 106 penderita di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Nusa Tenggara Barat pada periode Januari s.d Desember 2010, ternyata penderita pre-eklamsia terbanyak pada umur resiko rendah (20-35) yang berjumlah 77 orang dengan persentase 72,64%, sedangkan pada umur yang berisiko tinggi (<20 dan atau >35 tahun) hanya berjumlah 29 orang dengan persentase 27,36%.


Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan adanya perbedaan antara teori denga hasil penelitian yang diperoleh dimana seorang wanita denagn usia <20 tahun dan >35 tahun lebih rendah angka kejadian preeklamsia dibandigkan dengan wanita yang berusia antara 20-35 tahun.


Perbedaan itu bisa saja terjadi mengingat bahwa terjadinya masalah yang bersifat patologis termasuk pre-eklamsia tidak hanya disebabkan oleh faktor yang bersifat tunggal akan tetapi dipengaruhi banyak faktor. Sampai saat ini belum ada teori yang menjelaskan penyebab pasti terjadinya preeklamsia, tetapi ada beberapa faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya preeklamsia, seperti: status sosial ekonomi yang rendah, nutrisi yang jelek, penyakit yang menyertai kehamilan (diabetes miletus, obesitas, dan hipertensi), kehamilan ganda dan mola hidatidosa juga mempengaruhi terjadinya preeklamsia yang tidak menjadi unsur perhatian dalam penelitian ini. Disamping itu dengan melihat variasi umur dari keseluruhan ibu hamil yang dilayani terdapat pada kelompok umur 20 tahun-35 tahun sehingga tidak mengherankan bila umur tersebut tetap menjadi dominan

3. gravida


Dari 106 sampel yang diteliti di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu, maka diperoleh gambaran penderita pre-eklampsia terbanyak pada gravida 1 dan atau >3 (risiko tinggi) yang berjumlah 74 orang dengan presentase 69,81%, disusul dengan gravida 2-3 (risiko rendah) yang berjumlah 32 orang dengan presentase 30,19%.


Hasil ini sesuai dengan teori yang telah kami dapat bahwa bertambahnya frekuensi kejadian preeklamsia yaitu pada primi gravida. Pada primigravida atau ibu yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic realising hormone (CRH) oleh hypothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol.


Pada primigravida frekuensi terjadinya preeklamsia lebih tinggi dibandingkan dengan multi gravida karena pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibody terhadap antigen plasenta belum sempurna sehingga respon immune yang tidak menguntungkan histoin kompabilitas plasenta namun jika timbul lagi pada kehamilan berikutnya, ini tidak dapat dijelaskan secara teoritis tetapi hanya dapat digambarkan bahwa multigravida 3 ke atas dapat pula merupakan salah satu keadaan yang kelak dapat menimbulkan komplikasi kehamilan.

Minggu, 21 Agustus 2011

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan


Berdasarkan hasil penelitian mengenai Gambaran Kejadian Pre-eklamsia Di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Nusa Tenggara Barat periode Januari s.d Desember 2010 yang dilakukan penelitian pada tanggal 06 s.d 11 Mei 2011, setelah data di olah kemudian dibahas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :


1. Prevalensi kejadian pre-eklamsia sebanyak 106 orang (9,82,%) dari 1.079 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya.


2. Angka kejadian pre-eklamsia pada ibu hamil dengan umur risiko rendah (20-35) yaitu 72,64%, lebih tinggi dari pada umur risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) yaitu 27,36%.


3. Angka kejadian pre-eklamsia pada ibu hamil dengan gravida risiko tinggi (1 dan >3) yaitu 69,81%, lebih tinggi dari pada gravida risiko rendah (2-3) yaitu 30,19%.


B. Saran


1. Untuk klien


Dari 1079 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Nusa Tenggara Barat tahun 2010 ditemukan 106 orang yang menderita preeklamsia sehingga klien diharapkan untuk melakukan pemeriksaan Antenatal Care yang teratur sehingga risiko preeklamsia dapat ditangani sedini mungkin.


2. Untuk Bidan


a. Sebagai tenaga bidan perlu memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya kelompok wanita usia subur dan memberikan pengertian tentang risiko atau bahasa yang akan timbul serta komplikasi preeklamsia pada ibu hamil.


b. Agar dapat menegakan diagnosa secara dini tentang penyakit preeklamsia pada ibu hamil dan memberikan penanganan yang sesuai sehingga tidak terjadi komplikasi yang serius tarhadap ibu dan janin.


3. Untuk Institusi



Dapat meningkatkanmetode pembelajaran sehingga alumni lebih kompeten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi berkenaan dengan masalah preeklamsia.