Pre-eklamsia adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, serta edema yang timbul pada usia kelahiran 20 minggu atau lebih, dalam persalinan dan bisa pula dalam masa nifas. Dengan makin tuanya umur kehamilan makin besar pula kemungkinan timbulnya penyakit tersebut. Sedangkan pada molahidatidosa penyakit ini menyerang sebelum umur kehamilan 20 minggu.
Dalam rangka menurunkan angka kematian maternal dan perinatal akibat pre-eklamsia deteksi dini dan penangan yang adekuat terhadap kasus preeklamsia ringan harus senantiasa diupayakan. Hal tersebut hanya dapat dilakukan dengan mempertajam kemampuan diagnosa para penyelenggara pelayanan bumil dari tingkat terendah sampai teratas, dan melakukan pemeriksaan bumil secara teratur. Mengingat komplikasi terhadap iu dan bayi pada kasus-kasus preeklamsia, maka sudah selayaknyalah semua kasus-kasus tersebut dirujuk kepusat pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas penanganan kegawatdaruratan ibu dan neonatal.
Preeklamsia merupakan salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Dan ini akan terus meningkat apabila usaha untuk mencegah tidak dilakukan secara berkualitas dan professional pada saat pemeriksaan ibu hamil (ANC) secara teratur sehingga kemungkinan untuk mendeteksi segala hal yang membahayakan bagi ibu hamil lebih cepat. Terjadi atau tidaknya preeklamsia dan eklamsia, dipengaruhi beberapa faktor termasuk umur ibu dan gravid. Dari masing-masing faktor tersebut dirumuskan secara sistematis sebagai berikut:
1. Pada dasarnya umur seseorang merupakan tentang lamanya ia hidup, menurut Manuaba, aspek umur ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya pre-eklampsia. Beberapa literatur yang digunakan disebutkan umur kehamilan kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan faktor resiko terjadinya pre-eklampsia. Dengan demikian terjadi atau tidaknya pre-eklampsia diperankan oleh umur ibu.
2. Gravida adalah wanita yang sedang hamil tanpa memandang hasil akhir kehamilan. Gravida menggambarkan kehamilan wanita tersebut tanpa mempersoalkan apakah anaknya lahir hidup atau meninggal. Dan untuk itu kehamilan pertama disebut primigravida dan kehamilan berikutnya disebut multigravida. Pada kehamilan frekuensi terjadinya pre-eklamsia lebih tinggi dibanding dengan multigravida karena pada kehamilan pertama pembentukan blocking anti body terhadap antigen plasenta belum sempurna sehingga respon immune yang tidak menguntungkan terhadap histoin kompabilita plasenta.
B. Bagan Kerangka Konsep
C. Defenisi Operational Variabel Dan Kriteria Objektif.
1. Preeklamsia
a. Definisi operasional
preeklamsia adalah penyakit dengan tanda–tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
b. Kriteria Objektif
1) Preeklamsia ringan :bila ditemukan gejala seperti hipertensi (140/90 mmHg), protein lebih dari 0,3 g/l dalam urine, serta oedema pada tangan dan mata.
2) Preeklamsia berat :bila ditemukan gejala seperti hipertensi (160/110 mmHg), proteinuria 5 gram dalam 24 jam, oliguri 400 cc dalam 24 jam, gangguan penglihatan, oedema paru-paru.
2. Umur ibu
a. Definisi operasional
Umur ibu adalah Lamanya hidup ibu mulai dari lahir sampai ketika terdiagnosa pre-eklampsia yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir seperti yang tercantum dalam status pasien.
b. kriteria objektif:
1) Risiko tinggi : Bila umur ibu <20 tahun dan >35 tahun.
2) Risiko rendah : Bila umur ibu 20-35 tahun.
3. Gravida
a. Definisi operasional
Gravida dalah wanita yang sedang hamil tanpa memandang hasil akhir kehamilan.
b. kriteria objektif:
1) Risiko tinggi : Bila ibu dalam kehamilan 1 dan atau >3
2) Risiko rendah : Bila kehamilan yang 2-3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar