Selama ini, perempuan yang sering bekerja di malam hari diyakini susah hamil. Namun hasil analisis terhadap sejumlah penelitian menunjukkan, hubungan antara kerja malam dengan sistem reproduksi sangat tidak signifikan dan bisa diabaikan.
Anggapan bahwa perempuan yang sering bekerja di malam hari susah hamil didasari oleh perubahan jam biologis. Perempuan yang jam biologisnya tidak teratur akan mengalami perubahan kondisi hormonal yang selama ini diyakini memicu berbagai masalah reproduksi.
Selain menjadi susah hamil, perubahan siklus hormonal itu juga membuat para perempuan sering mengalami menstruasi tidak teratur. Kalaupun bisa hamil, kadang-kadang risikonya tinggi untuk mengalami kelahiran prematur maupun bayi lahir dengan berat badan rendah.
Namun anggapan ini terbantahkan oleh hasil analisis yang dilakukan Dr Matteo Bonzini dari University of Insubria di Italia, terhadap 23 penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Jumlah partisipan yang terlibat di masing-masing penelitian cukup beragam, mulai dari 700 hingga 35.000 orang.
Dari sekian banyak penelitian yang dianalisis, sebagian memang menunjukkan adanya hubungan antara masuk malam dengan ketidakseimbangan hormonal. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat terhadap para perawat di sejumlah rumah sakit.
Dibandingkan para perempuan dengan profesi lainnya, perawat yang sering piket malam di rumah sakit lebih sering mengalami menstruasi yang tidak teratur. Meski diyakini bahwa kecenderungan ini mempengaruhi kesuburan, namun tidak ada cukup bukti untuk disimpulkan demikian.
Secara keseluruhan, 23 penelitian itu rata-rata menunjukkan bahwa perempuan yang sering bekerja di malam hari punya risiko 16 persen lebih besar untuk bermasalah dengan sistem reproduksi. Dilihat dari angkanya, risiko ini memang cukup signifikan.
Namun Dr Bonzini mengatakan, beberapa faktor lain membuat angka itu menjadi tidak signifikan karena masalah reproduksi tidak secara langsung dipicu oleh kebiasaan bekerja di malam hari. Faktor-faktor lain yang dimaksud antara lain faktor sosial, ekonomi dan gaya hidup.
Menurut Dr Bonzini, perempuan yang sering masuk malam biasanya berpenghasilan relatif rendah sehingga sulit mengakses layanan kesehatan. Selain itu, agar tidak mengantuk beberapa perempuan pekerja malam sering mengonsumsi kopi dan rokok yang akan mempengaruhi kesehatannya.
"Bukti-bukti yang ada saat ini tidak mengharuskan perusahaan untuk membatasi para perempuan untuk bekerja di malam hari, dalam kaitannya dengan peluang untuk memiliki keturunan," ungkap Dr Bonzini seperti dikutip dari Reuters, Senin (22/8/2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar